Menulis dan Self Branding

Saya bukanlah orang yang menarik atau memiliki kharisma. Saya kerap kali terlihat sangat awkward saat bertemu dengan orang-orang baru, dan kerap kali merasa “tidak diterima” dalam sebuah komunitas atau group. Saya terbiasa hidup di lingkungan yang homogen, dimana semua orang bertindak kurang lebih serupa dan sama. Maka saat saya keluar dari komunitas, dan bertemu dengan orang-orang baru, saya merasa sangat asing dan tidak nyaman. Tentu saja hal ini bukan sesuatu yang baik. Saya tahu betul pentingnya membentuk koneksi dan mengenal orang-orang baru. Namun apalah daya, hingga hari ini saya masih merasa “gagal” melakukan self branding, alias gagal menggambarkan diri saya sebagai seorang yang easy going, open-minded, dan gampang beradaptasi.

11270275_10206775315163469_6285532564905693173_o

Menyadari kekurangan ini saya mencoba mencari jalan keluar. Jika saya gagal melakukan self branding di dunia nyata, maka saya mencoba melakukan self branding dengan cara lain. Menulis! Yap, saya menyebutnya sebagai teknik self branding yang sangat efektif. Semua orang berhak untuk terlihat baik, dan bagi saya, itu bukan munafik, itu hanyalah salah satu upaya untuk mendapatkan kesempatan dan masa depan yang lebih baik. Sepanjang apa yang ditampilkan sejalan dengan apa yang benar-benar kita lakukan,why not?

Melakukan sesuatu dengan pamrih itu memang tidak baik, namun saya menganggapnya sebagai upaya ‘menolak diam’. Jika semua orang baik di dunia ini menolak untuk mempublikasikan hal baik yang dia lakukan, maka yang akan kelihatan hanya berita buruk dan sederet hal jelek yang dilakukan orang lain, yang tentu saja bukan contoh yang baik. Orang baik tidak boleh diam, karena berbuat baik itu menular. Orang baik harus menulis dan membuat perubahan!

Mengapa saya menganggap menulis sebagai teknik self branding yang paling efektif dan ramah di kantong? Saya melihat beragam figur hebat di negeri ini yang juga seorang penulis, seperti Dahlan Iskan, Ridwan Kamil, Dino Patti Djalal, atau Rhenald Kasali. Mereka-mereka ini sangat mudah mempengaruhi masyarakat. Mereka juga sulit dicurangi media atau lawan, karena apa, mereka menulis. Dan menulis adalah melawan! Menulis terekam di media, menulis adalah klarifikasi paling efektif, menulis juga jadi iklan yang paling ampuh.

Tengok saja kasus SBY yang mengklarifikasi informasi hutang IMF beberapa waktu lalu, SBY pun menulis di Twitternya, dan mendapatkan simpati dari ratusan ribu pendukungnya. Bandingkan dengan Jokowi, yang hanya diliput dan tidak menulis, sehingga tak mendapatkan simpati publik, juga dihujat banyak orang karena dianggap pencitraan. Sekali lagi, writing skill does matter!

Nah, masihkan Anda menganggap menulis adalah hal sepele?

Mulailah menulis! Anda bisa memulainya dengan belajar menulis di media sosial, seperti facebook atau twitter. Saya merasa sangat tertolong dengan adanya akun media sosial ini. saya tak perlu pusing memposting tulisan saya melalui media massa, dan tak perlu bersaing dengan ribuan orang yang juga memikirkan hal yang sama. Saya hanya perlu merias akun saya sehingga menampilkan apa-apa yang ingin saya tampilkan.

Pasca menulis di media sosial, Anda bisa berhijrah ke blog. Media gratis ini akan menampung apapun yang Anda tulis, seberapa acakadutpun tulisan Anda, dengan lebih detail dan panjang lebar. Menulis di blog akan memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengenal Anda lebih dalam. Tulis apa yang Anda pikirkan, yang Anda sukai dengan menarik, dan jadikan blog sebagai jurus self branding Anda.

Selanjutnya, Anda juga bisa melakukan self branding melalui media massa. Tentu saja ini jadi opsi yang sulit dan membutuhkan waktu serta keterampilan menulis yang baik. Tak perlu koran nasional, koran lokal, atau bahkan majalah lokal pun bisa menjadi media publikasi yang efektif. Publikasi di media cetak ini akan jadi poin penting dalam Riwayat Diri Anda, dan tentunya akan sangat menolong saat Anda berniat melamar pekerjaan atau melamar beasiswa.

Masih malas menulis?

Leave a comment